boss senang

Rabu, 18 Agustus 2010

ASI : bila puting bunda terlalu pendek


Hape ku bergetar tanda ada sms masuk….yippieeee...sms dari sahabat keluarga kami bahwa istrinya baru saja melahirkan bayi laki-laki, anak pertama mereka. Duh senangnya, aku ikut merasakan aura kebahagiaan mereka.
Segera saja kami sekeluarga berbondong-bondong menuju rumah sakit dimana ibu n anaknya dirawat.
“aduh gantengnya, hmmm…mirip ibunya ya…” begitu komentar kami demi melihat bayi mungil yang berkulit putih dan berambut hitam lebat tidur dengan lelapnya di boks bayi itu.
Si bapak yang mendengar komentar  kami rada-rada keki karena kami tidak mengatakan bahwa bayi itu mirip dirinya. “ha…ha…ha…berarti ini bukan anakmu, om…” canda kami membuat si bapak tambah bersungut-sungut. Tentu saja keki & bersungut-sungutnya dibuat-buat olehnya dengan maksud biar kita tambah terpingkal-pingkal karena memang hobinya bikin mimik muka yang aneh dan selalu bikin kita ketawa.
Tiba-tiba kami dikejutkan oleh suara tangis bayi yang tadinya begitu lelap dalam tidurnya. Mungkin karena mendengar kami terlalu berisik bercanda, sehingga kami lupa bahwa ada yang sedang bobok manis, oh maafkan kami ya nak…kedepannya nanti kamu akan melewati hari-harimu dengan keberisikan kami kala bercanda seperti ini…dasar orang-orang tua pada lupa umur…hehehehe….
Segera saja aku membantu sang bunda mengangkat bayinya dari boks, untuk diberi ASI. Dengan harapan semoga saja bayi itu kembali tertidur pulas. Olala beibeh…ternyata tidak se simple itu ya. Bayi dalam gendongan itu ternyata kesulitan untuk menghisap puting sang bunda yang rupanya terlalu pendek. Jadi makin menjadi lah tangis bayi itu, ditambah pula kepanikan bundanya.
Hm…aku jadi ingat pengalamanku dalam memberi ASI putriku yang kini sudah berusia  3,5 tahun. Dulu dengan penuh perjuangan ditengah sisa harapan yang hampir habis L, akhirnya aku dapat memberikan ASI dengan lancar pada putri tercintaku saat dia mendekati usia 1 bulan.Dan puji Tuhan aku bias memberikan ASI sampai usianya 2 tahun.
Ya..ya..kesulitanku saat itu pun sama, bahwa putingku terlalu pendek untuk dihisap bayiku, tambah lagi bahwa putriku adalah bayi BBLR(berat badan lahir rendah) yang rata-rata kemampuan untuk menghisap ASI lebih rendah dibanding dengan bayi yang lahir dengan berat badan normal.
Untunglah, ada seorang teman yang memberikan informasi bagaimana cara membuat biar puting yang terlalu pendek menjadi lebih panjang, agar lebih mudah dalam pemberian ASI. Caranya dengan spuit 10cc (itu lho alat suntikan, bukan spuit yang untuk bikin kue lho J ). Ambil spuit yang masih bersih, potong ujung yang deket dengan jarumnya, sehingga tabung plastik terpisah dengan jarum suntikannya. Kemudian keluarkan bagian belakang spuit, lalu masukkan pada bagian yang baru saja dipotong tadi. Nah dengan alat sederhana yang kita ciptakan sendiri, sekarang kita bias menarik puting yang terlalu pendek dengan cara kerja seperti vacuum. Lakukan setiap kali pada saat mandi, niscaya puting akan semakin tertarik keluar dan bayi pun dapat menghisap ASI dengan mudah.
Ups…si bayi belum mau menghentikan tangisnya juga rupanya. Karena keadaan darurat, akhirnya bayi diberi susu formula dulu. “tapi besok kalo udah ada spuit, coba ditarik terus ya tante, biar dedeknya bisa langsung nenen dari bundanya” begitu pesanku pada sang bunda.
Dari pengalamanku, aku selalu menyemangati bunda-bunda baru untuk tidak putus asa dalam usaha mereka memberikan ASI pada bayinya. Memang kadang banyak kendala, seperti ASI yang keluar tidak banyak, puting yang terlalu pendek, ato bayi tampak malas menghisap putting bundanya, dsb. Tapi kalo kita berusaha sekuat tenaga dan niat yang tulus, pastilah si bayi pun merasakan dan mau bekerjasama dengan kita. Dan akhirnya kita pun bisa memberikan ASI dengan lancar, karena tentunya ASI lebih baik dari susu formula manapun kan, bunda? 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar